Tas siaga bencana merupakan tas yang harus disiapkan sebelum bencana melanda. Ini bukan doa supaya terjadi bencana. Melainkan sikap antisipasi atas kesadaran diri kita yang tinggal di kawasan rawan bencana alam. Tak terkecuali saya di Kabupaten Nganjuk yang jauh dari laut. Kabupaten Nganjuk merupakan kawasan pegunungan yang rawan longsor dan banjir. Kami pun tetap harus waspada terhadap bencana alam seperti ini.
Indonesia Pasar Bencana Alam
Secara geografis dan geologi, Indonesia terletak di atas pertemuan tiga lempeng raksasa. Ketiga lempeng tersebut antara lain, eurosia (Eropa Asia), indo-australia, dan lempeng sirkum mediterania. Pergerakan tiga lempeng tersebut terjadi akibat cairan panas di bawahnya.

Gerakan lempeng yang berbeda akan menimbulkan gesekan antarlempeng dan menimbulkan pelepasan energi berupa getaran. Getaran tersebut sampai pada permukaan bumi dan menghasilkan gempa di daratan. Selain gempa, hasil dari getaran lempeng juga bisa menimbulkan tsunami apabila getarannya cukup tinggi.
Selain tiga lempeng tektonik, Indonesia juga berada dalam jalur cincin api atau ring of fire. Jalur cincin api adalah jalur yang terdiri atas gugusan gunung berapi dari kawasan Pasifik hingga Mediterania yang melewati negara kita tercinta. Lengkap sudah alasan mengapa Indonesia sangat rawan dengan gempa. Tidak hanya gempa, tsunami, banjir, dan tanah longsor, tapi juga gunung berapi aktif yang dapat mengaliri daratan dengan lahar panas. Itu belum ditambah dengan bencana kekeringan saat musim kemarau tiba. Rame banget ‘kan, kayak pasar.
Faktor Lain
Letak geografis dan geologi bukan satu-satunya yang menjadi pemicu gempa. Negara kita merupakan negara yang sedang berkembang sehingga ada banyak pembangunan-pembangunan yang tidak sesuai dengan kondisi alam. Baik rumah, gedung, pelebaran jalan, dan proyek pembangunan lainnya dikelola dengan tidak ramah bencana. Akibatnya, tata ruang menjadi tidak teratur dan mengakibatkan pergeseran tanah. Di samping itu pula, Undang-undang yang mengatur hal ini masih baru terbit pada 2007. Jadi kita masih sangat terlambat untuk siaga dalam menghadapi bencana alam meski kita sudah mengalaminya cukup lama. Oleh karena itu, proyek-proyek pembangunan sebaiknya mulai dikelola supaya lebih ramah dengan bencana. Artinya, proyek-proyek tersebut sebaiknya dapat meminimalisir kerusakan saat terjadi bencana alam, atau tidak menjadi pemicu munculnya bencana alam.
Menyiapkan Tas Siaga Bencana
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) menyatakan tas siaga bencana merupakan keharusan bagi orang-orang yang tinggal di daerah rawan bencana. Nah, apa saja yang perlu disiapkan di dalam tas siaga bencana? Berikut adalah beberapa benda penting yang diperlukan selama 72 jam pasca bencana sambil menunggu bantuan datang.
- Dokumen penting yang terdiri atas:
- Surat tanah
- Surat kendaraan
- Ijazah
- Akte kelahiran seluruh keluarga
- Passport (jika ada)
- Buku nikah
- Foto kopi kartu identitas.
- Uang tunai secukupnya
- Kartu identitas dan kopiannya
- Peralatan pendukung lainnya yang harus dibawa antara lain.
- Kotak P3K plus
- Jas hujan
- Radio
- Air mineral
- Selimut
- Obat-obatan pribadi
- Makanan ringan yang tahan lama
- Senter
- Baterai untuk senter dan radio
- Pakaian untuk 3 hari ke depan
- Perlengkapan bayi atau anak (jika ada)

Setelah barang-barang di atas disimpan di dalam tas, letakkan tas di area yang mudah dijangkau. Agar mempelajari persiapan siaga bencana lebih baik, BNPB juga menyediakan buku saku untuk siaga terhadap bencana. Ada baiknya kita membaca dan mempelajarinya dengan baik. Buku sakut tersebut dapat diperoleh secara online berupa pdf.