GMO itu apa, sih? GMO itu singkatan dari Genetically Modified Organisms. Atau disebut juga transgenik. Rekayasa genetika ini diciptakan untuk membantu kelangsungan hidup manusia, akan tetapi di sisi lain ada efek samping yang harus ditimbulkan dari rekayasa genetik ini. Jadi, sebelum menentukan kita mau fine-fine aja dengan makanan GMO atau enggak, ini adalah beberapa hal yang saya rangkum mengenai apa itu GMO.
Apa itu GMO?
GMO atau rekayasa genetika sudah lama dikenal sejak pengetahuan genetika modern mulai berkembang. Tujuan GMO sendiri adalah untuk memperoleh kualitas unggul suatu produk untuk kelangsungan hidup umat manusia.
Beberapa hasil yang diperoleh dari rekayasa genetika ini antara lain tanaman yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tidak mudah busuk, serta menghasilkan jumlah produksi yang lebih baik tanpa mengurangi nutrisi alami yang terkandung di dalamnya.

Proses rekayasa genetika sendiri terdapat berbagai cara. Sederhananya, rekayasa genetik memiliki potensi untuk memperbaiki gen yang rusak dengan cara menambah gen yang baik atau menghilangkan gen yang dianggap merugikan.
Makanan GMO pun sekarangan banyak dijumpai pada kacang-kacangan, susu, daging, hingga bahan makanan pokok lainnya seperti beras, kentang, dan sebagainya.
“Contohnya adalah pembuatan keju yang dibantu dengan menambahkan enzim rennet yang diekstraksi dari lapisan perut sapi.” – Dinar Chandra Puspita, Kompasiana.
Keuntungan dan Kerugian Adanya Makanan GMO
GMO pada dasarnya diciptakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia. Dengan adanya ketidakseimbangan antara produksi makanan dan populasi penduduk yang meningkat padat, GMO dianggap sebagai solusi yang dapat dilakukan pada saat itu hingga saat ini.
Tidak hanya pada makanan, GMO juga berperan penting dalam kesehatan umat manusia. Yaitu terciptanya insulin untuk para penderita diabetes. Insulin secara alami diproduksi oleh pankreas manusia, akan tetapi tidak semua manusia dapat menghasilkan insulin untuk menstabilkan kadar gula darah. Oleh sebab itu, para ahli menciptakan insulin hasil rekayasa genetika untuk memenuhi kebutuhan insulin bagi penderita diabetes di seluruh dunia.
Tanaman juga tidak luput dari proses rekayasa genetika. Tanpa ada rekayasa genetika, tanaman-tanaman akan mudah layu dan mati akibat serangan virus. Yang artinya dapat mengurangi jumlah produksi pangan umat manusia di dunia.

Akan tetapi, dari pelaksanaan rekayasa genetika tersebut, belum ada penelitian yang lebih lanjut mengenai efek samping yang dihasilkan. Seiring dengan adanya perpindahan gen yang tidak terkendali ini, keseimbangan ekosistem mulai terganggu. Salah satunya adalah munculnya hama yang lebih resisten (kuat) dari hama sebelumnya yang menyerang tanaman.
Para ahli juga melakukan percobaan terhadap tikus untuk menemukan efek samping yang ditimbulkan dari makanan GMO. Tikus percobaan yang selama dua tahun diberi makanan GMO (jagung transgenik) pun mengalami penyakit tumor mematikan. Hal tersebut disampaikan dalam jurnal Food and Chemical Toxicology.
Akan tetapi pernyataan itu disanggah oleh beberapa pakar genetika karena penelitian tersebut dianggap menggunakan tikus yang sejak awal berpotensi mengidap tumor. Perbedaan pendapat terhadap masalah makanan GMO ini jelas menunjukkan bahwa perlu banyak pertimbangan dan penelitian lebih lanjut tentang makanan GMO dan seberapa parah efek samping yang ditimbulkannya. Namun, bukan berarti kita tidak perlu waspada dengan kemungkinan-kemungkinan yang berakibat buruk untuk kita.
Negara-Negara yang Melarang Penggunaan Makanan GMO
Meskipun masih dibutuhkan penelitian mendalam mengenai efek samping makanan GMO, beberapa negara rupanya telah membuat peraturan ketat terhadap makanan GMO.

Sebut saja, Jepang, Jerman, dan lebih dari 30 negara Eropa lainnya memutuskan untuk berhenti mengimpor serta memproduksi makanan GMO. Beberapa daftar negara yang melarang dan negara yang memproduksinya dapat dilihat di gmo.geneticliteracyprojects.org.
Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak mengimpor bahan pangan ber-GMO dari Amerika Serikat. Maka dari itu, wajar apabila rasa khawatir itu muncul terhadap efek samping dari makanan GMO.
Untuk mewaspadai terjadinya efek samping tersebut, berikut adalah beberapa cara untuk menghindari makanan GMO yang beredar luas di pasaran.
- Belilah bahan makanan yang diproduksi oleh pertanian lokal. Para petani lokal biasanya tidak banyak menggunakan benih-benih impor yang kemungkinan sudah mengalami rekayasa gen. Atau pastikan dulu bahwa benih yang digunakan tidak berasal dari benih impor.
- Apabila mengkonsumsi produk impor, perhatikan label kemasannya, apakah terdapat logo organik atau tidak. Selain label organik, biasanya tertera ‘non-GMO’ pada kemasannya.
- Tidak hanya bahan pangan dari pertanian, membeli bahan pangan melali nelayan lokal juga lebih baik daripada membeli makanan ikan yang diimpor dari luar negeri.
- Pastikan negara yang memproduksi makanan tersebut tidak berasal dari negara yang memproduksi makanan GMO. Atau pilihlah makanan dari negara yang melarang peredaran makanan GMO.
Dari cara-cara di atas, kesimpulan terbaik yang dapat dilakukan adalah membeli bahan-bahan dari petani, peternak, atau nelayan lokal. Selain meminimalisir konsumsi makanan GMO, membeli dari produsen lokal juga membantu meningkatkan perekonomian masyarakat lokal dan kita dapat membeli dengan harga yang lebih murah dibandingkan produk berlabel ‘organik’ dan ‘nonGMO’. Selain itu, di Indonesia masih jarang kita menemukan produk berlabel GMO atau nonGMO. Alangkah baiknya jika pemberian label makanan dapat diberikan untuk mempermudah kita sebagai konsumen memilih sendiri makanannya.
Sumber:
[Jurnal] Kontroversi Produk Rekayasa Genetika yang Dikonsumsi Masyarakat, oleh Mahrus
Tentang GMO Food – Kompasiana
Para Pakar Perdebatkan Dampak Makanan Transgenik bagi Kesehatan – voaindonesia.com
Where are GMO crops and animals approved and banned? – Genetic Leteracy Project
loh mbak juga dari komunitas blogger Nganjuk toh??? hehehe
salam kenal..
Ada to komunitas resminya? Saya belum daftar.. Hehe
Salam kenal juga.