Saya memiliki seorang anak perempuan yang masih berusia 2,5 tahun. Artinya, Hay dikategorikan berada di usia Golden Age. Usia ini dikategorikan Golden Age karena menurut psikolog Sigmund Freud, periode usia ini merupakan periode emas bagi anak untuk memulai perkembangan yang sangat pesat. Setelah mengetahui informasi ini, saya tidak boleh melewatkan periode emas ini untuk mengembangkan minat baca Hay. Ditambah lagi, untuk anak seusia Hay, saya wajib menjadikan kegiatan literasi itu menjadi kegiatan membaca menyenangkan dibarengi dengan aplikasi Let’s Read agar Hay senang dengan dunia literasi.
Tidak Memaksa Hay Belajar Membaca
Meskipun dalam diri saya terpacu untuk mengenalkan kegiatan membaca sejak dini di usia Hay, saya paham betul bahwa memaksakan Hay untuk belajar membaca juga tidak baik bagi Hay. Dalam hal ini, seperti memaksa Hay menghafalkan huruf, menulis huruf, atau menghafal kosakata sulit karena ia akan mudah bosan.
Hal ini disampaikan melalui laman theasianparent.id bahwa memaksa anak belajar membaca akan membuat anak tertekan dan menjadi enggan mengenal buku. Dampak buruk yang diperoleh apabila terlalu memaksakan anak belajar adalah menghambat pertumbuhan otak kanan.
Apa yang terjadi jika pertumbuhan otak kanan terhambat?
Otak kanan merupakan pusat perkembangan kecerdasan emosional manusia. Kecerdasan emosionalnya itu bisa meliputi sikap kritis dan kreativitas. Apabila otak kanan tidak diasah dengan baik, ke depannya anak bisa kehilangn sikap kritis dan sulit melakukan kegiatan yang membutuhkan ketrampilan berkreasi.
Rasa senang harus ditumbuhkan dalam diri anak seusia Hay. Pengenalan ini bisa dimulai dari jenis cerita yang paling dia sukai. Dalam hal ini adalah fabel. Cara ini saya gunakan supaya kegiatan membaca menyenangkan bagi Hay.
Mengenali Topik yang Disukai Anak
Saya pernah membelikan buku cerita bergambar yang sesuai untuk usianya. Yaitu buku cerita fabel yang berisi gambar besar dan deskripsi gambar yang tidak lebih dari tiga kalimat. Gambar yang besar dan berwarna sangat mudah menarik perhatian Hay yang baru mengenal buku cerita.

Buku bergambar hewan buaya merah muda jadi buku favorit Hay, saat ini. Buku bergambar tokoh buaya merah muda itu selalu didekap dan dipamerkan pada orang-orang di sekelilingnya sambil meniru bagaimana ekspresi buaya yang sedang ia tunjuk. Apakah sedang bergembira, bersedih, atau biasa saja. Kadang-kadang dia juga berimprovisasi mengeluarkan suara buaya, yang sebenarnya tidak ada di dalam buku cerita.
Melihat cara Hay berinteraksi setelah dibacakan buku cerita dengan ekspresi yang lucu membuat saya semakin bersemangat mencarikan buku lain yang tentunya sesuai untuk usianya. Sayangnya, di masa pandemi ini saya tidak cukup berani mengajak anak-anak pergi ke kawasan pertokoan yang ramai dan ke perpustakaan daerah. Apalagi berharap ada bazaar buku yang biasanya hadir di Nganjuk setiap 3-4 bulan sekali.
Belajar Literasi dengan Aplikasi Let’s Read
Mengajari Hay tentang literasi tidak harus menggunakan buku. Meski saya tahu buku dalam bentuk cetak akan lebih nyaman untuk anak-anak karena bisa melihat gambar lebih besar.

Saya mengunduh aplikasi Let’s Read ini untuk bisa dijadikan alternatif bagi Hay yang mulai susah dipisahkan dengan gawai. Aplikasi ini dapat dengan mudah diunduh melalui playstore. Jadi tidak terlalu sulit untuk mendapatkan aplikasi ini di gawai yang dipakai oleh anak-anak. Bisa diunduh di sini yah supaya tidak bingung.
Apa kelebihan aplikasi perpustakaan digital anak Let’s Read ini?
1. Ilustrasi Menarik
Aplikasi ini dapat membantu para ibu yang anak-anaknya mulai susah dipisahkan dari gawai untuk tetap terhubung dengan dunia literasi. Orang tua bisa mengajak anak untuk bermain gawai sambil menjadikan kegiatan membaca menyenangkan bagi anak dengan ilustrasi yang menarik.
2. Bisa dibaca Offline
Selain itu, kita dapat memanfaatkan aplikasi ini dalam kondisi tidak terhubung dengan internet atau offline. Ini sangat memudahkan bagi orang tua seperti saya yang tidak perlu menggunakan thathering ke gawai milik anak. Jadi saya tidak perlu lagi khawatir jika kehabisan kuota, asalkan sebelum mematikan jaringan, beberapa buku sudah tersimpan di laman Buku Unduhan.
3. Filter Bacaan

Tidak semua anak akan langsung suka membaca cerita. Beberapa anak memiliki tingkat kesulitan memahami cerita akibat beberapa faktor. Dalam aplikasi ini terdapat sejumlah filter yang dapat membantu menentukan level bacaan, bahasa, dan tema bacaan. Jadi orang tua akan lebih mudah menentukan ratusan judul buku yang sesuai dengan kemampuan anak mereka.
4. Bisa Dicetak
Seperti yang saya sebutkan tadi, membaca menggunakan versi cetak akan lebih nyaman daripada menggunakan gawai. Beruntungnya, aplikasi ini menyediakan website yang dapat diakses juga versi cetaknya di halaman Let’s Read Asia. Jadi, jika anak lebih suka membaca buku cetak dibanding gawai, materi cerita di Lat’s Read ini bisa di cetak dengan mengunduh versi PDFnya melalui website.
Nah, cukup mudah kan memanfaatkan aplikasi perpustakaan digital untuk anak-anak ini. Beberapa tahun kemarin, kita sempat dikejutkan dengan data yang menunjukkan bahwa Indonesia berada di tingkat terbawah kedua dalam mengukur kebiasaan gemar membaca masyarakatnya. Dengan aplikasi ini, diharapkan kita bisa membimbing generasi muda kita menjadi lebih perhatian dengan dunia literasi. Apapun yang menjadi minatnya kelak, jangan sampai kehilangan minat baca terhadap buku apapun. Karena membaca buku, membantu kita untuk melihat lebih banyak peristiwa serta meningkatkan kepekaan terhadap berbagai situasi yang kemungkinan akan terjadi.
Wah, informatif banget nih, kebetulan saya juga ingin menumbuhkan minat baca pada anak saya
Sippsss. Semangat juga, ya, Mom…
asyik ya aplikasi ini membuat kita punya buku bacaan melimpah untuk anak
Bener mbak. Pilihannya banyak banget…
Wah mantap banget informasinya, bisa untuk variasi supaya anak ngga cuma main handphone buat nonton video upin ipin di Youtube hehe