Pasti sudah banyak banget yang lihat video touring Bapak Presiden Jokowi naik BMW di jalanan Lampung yang bergelombang parah. Nah, ada yang perhatiin nggak, beliau itu cara nyindirnya alus banget. Yang bikin aku excited tuh, ternyata banyak salah kaprah netizen kita dalam memahami majas sarkasme dan satire. Kira-kira gaya bahasa Jokowi saat wawancara itu, sarkasme atau satire? ????
Apa itu Majas?
Back to school yoook!!
Kita dari SD-SMA itu sudah belajar belasan macam majas. Banyak banget. Dan pasti susah buat hapalin semua jenisnya. Aku pun juga gitu. Suka lupa.
Majas sendiri artinya:
“… yaitu usaha dari seseorang yang mewakilkan pikirannya dengan menggunakan bahasa yang khas. Dimana bahasa tersebut dapat menunjukkan kepribadian orang tersebut. Keraf juga mengatakan bahwa terdapat tiga unsur dalam bahasa supaya terkesan lebih baik. Unsur tersebut antara lain, kejujuran, sopan santun, dan menarik.” Keraf Gorys (1988)
Jadi kesimpulannya majas dibutuhkan untuk mengungkapkan sesuatu kepada seseorang dengan pilihan kata yang menarik. Entah itu membuat orang tersebut merasakan sindiran atau malah bangga. Kalau bahasa saat ini mungkin bisa disebut: menyindir dengan gaya.
Majas Sindiran: Sarkasme atau Satire?
Majas sindiran itu terdiri atas 10 macam ya. Hanya saja dalam kehidupan sehari-hari, orang sulit membedakan apakah itu sarkasme atau satire. Sarkasme sendiri adalah:
“… majas yang penyampaiannya dilakukan menggunakan kata-kata sarkas yang kasar dan keras.” (RuangGuru.com)
Misalnya:
Pikiranmu sudah kotor dengan kau memanfaatkan wewenangmu untuk mencuri uang rakyat!
Sedangkan satire adalah
“… majas yang digunakan untuk mengejek, mengkritik, atau menertawakan suatu gagasan, kebiasaan, atau ideologi.” (RuangGuru.com)
Misalnya:
Sekarang memang yang terbaik lapor sama netizen, karena masalah langsung selesai di tangan netizen. (Sindiran pada pihak berwajib yang sangat lamban mengatasi masalah).
Dari majas di atas, pasti sudah tahu perbedaan majas satire dan sarkasme. Lebih jelasnya, sarkasme menggunakan pilihan kata yang to the point atau lugas untuk menilai atau mengkritik sesuatu. Sedangkan satire, menggunakan kosakata berlawanan yang lebih halus, tapi juga mengandung unsur ejekan terkadang menjadi sebuah kalimat komedi. Biasanya banyak digunakan di stand up comedy.
Gaya Bahasa Jokowi: Satire atau Ironi
Sebenarnya ada satu majas sindiran lain yang menurutku hampir sama dengan satire. Namanya majas ironi.
“Majas ironi adalah majas yang menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan makna sesungguhnya.” (KataData.com)
Misalnya:
Hebat sekali kinerjamu, sampai orang-orang itu sudah tidak membutuhkan pertolongan kamu lagi.
Dari tiga majas sindiran di atas, sudah jelas bahwa sarkasme bukan gaya bahasa yang Pak Jokowi gunakan untuk menyindir.
Nah, sekarang apa bedanya satire dan ironi? Persamaan keduanya adalah sama-sama menggunakan hal yang bertentangan dari kejadian sebenarnya. Lalu apa yang membedakan?

Mari cek kalimat Pak Jokowi berikut ini:
“Jalannya mulus, enak, dinikmati, sampai Pak Zul (Mendag) tadi tidur. Saya juga tidur.”
Kalau lihat di video yang beredar. Semua orang tertawa mendengar pernyataan Pak Jokowi yang katanya bisa tidur. Apalagi beliau datang menggunakan mobil kepresidenan yang dirancang sangat baik menahan goncangan. Jika ini adalah majas ironi, mungkin orang-orang tidak merasakan kelucuan dari sindiran itu.
Nah, setelah beberapa kali cek di internet. Malah ada juga ahli bahasa di Balai Bahasa Sumatera Utara, menyebutkan kalau gaya bahasa beliau merupakan bentuk dari majas ironi. Hihi..
Sebenarnya tidak salah juga, karena beliau memiliki jabatan sebagai ahli bahasa. Pastinya lebih paham dengan seluk beluk majas. Tapi menurut aku pribadi gaya bahasa Jokowi lebih condong ke satire. Mengingat reaksi orang di sekitar Pak Jokowi yang seperti menahan tawa dan reaksi netizen yang ikut menertawakan sindiran halus Pak Jokowi pada Gubernur Lampung.
Jadi, mau disebut satire atau ironi, sepertinya sah-sah saja, karena keduanya merupakan bentuk sindiran.
Nah, kalau menurut kalian, gaya bahasa Pak Jokowi masuk ke majas apa sih? Tulis di kolom komentar yak!
pasti deg degan ya ini gubernur lampung disindir begitu sama presiden, btw jadi belajar bahasa lagi thank you mbak
Dibilang deg deg an, tapi reaksi beliau tepuk tangan itu amazing banget.
Menyindir tapi dalam bentuk satire setuju sih seharusnya jalannya dibuat mulus agar memudahkan untuk menuju tujuan
nah aku jujur masih bingung nih sama majas majas gini, yang paling diinget cuma hipervola selebihnya masih samar samar.
tapi jadi ngerti nih majas satire…
dalam dunia penulisan kayanya pengetahuan tentang ini rasanya perlu ya kak
Jadi ingat pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dulu. Kalau menurut aku majas ironi. Tapi emang mirip-mirip ya, dan memang untuk menyindir ya…