save earth

Sayangi Bumi dengan Bijak Menggunakan Energi

Semenjak dicanangkan skema Work From Home oleh pemerintah, Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) mencatat adanya lonjakan konsumsi listrik rumah tangga dan gas hingga lebih dari 30 persen akibat kurang bijak berenergi. Kita pun bisa melihat reaksi warganet di kolom komentar akun-akun sosial media yang mengeluhkan kenaikan tagihan mereka.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa penggunaan energi semakin meningkat karena efek WFH yang membuat orang-orang harus menyalakan listrik di rumah dalam durasi yang cukup sering. Kita terbiasa bergantung pada penggunaan alat elektronik seperti ponsel, televisi, laptop, motor, lemari es, bahkan penggunaan pendingin ruangan. Tapi tahukah kita kalau kebiasaan ini sebenarnya sangat berpengaruh besar terhadap lingkungan?

Kenapa Harus Bijak Berenergi?

Setiap hari, pemerintah memproduksi listrik yang berasal dari bahan-bahan mentah yang telah dikonversi sehingga kita dapat menyalakan alat elektronik. Bahan mentah yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi listrik itu adalah minyak bumi. Padahal ketersediaan bahan mentah tersebut sangat terbatas.

Apa yang terjadi kalau kita tidak bijak atau berlebihan dalam menggunakan energi? Banyak sekali. Selain tagihan yang juga ikut naik, kita juga harus tahu bahwa efek penggunaan energi berlebih tidak baik untuk iklim di dunia. Nggak cuma di Indonesia!

Faktor penyebab perubahan iklim. Sumber: bmkg.go.id

Beberapa contoh dampak perubahan iklim akibat pengelolaan energi yang berlebihan yaitu.

  1. Kelangkaan sumber daya alam.
  2. Menyebabkan pencemaran lingkungan.
  3. Terjadi gelombang panas mematikan.
  4. Wabah penyakit menular semakin meningkat.
  5. Naiknya permukaan air laut.
  6. Badai mematikan.
  7. Kegagalan panen.
Dampak buruk perubahan iklim. Sumber: geologi.co.id

Perubahan Iklim di Masa Pandemi

Selama berada di Kabupaten Nganjuk, perubahan iklim di tempat tinggal saya mengalami sedikit perubahan. Seperti curah hujan yang kembali normal. Tidak seperti tahun sebelumnya. Suhu udara pun tidak terlalu panas seperti di akhir tahun 2019 kemarin, yang mana aspal depan rumah bakal mengeluarkan asap ketika air disiram di jam 12 siang.

Sama seperti teman saya yang masih terjebak di Jakarta. Dia bilang, selama dua tahun di Jakarta dia hanya melihat langit abu-abu. Akan tetapi, selama WFH mulai diterapkan dan sejumlah penduduk dari Jakarta memutuskan untuk pulang kampung, ia melihat langit biru Jakarta untuk pertama kalinya.

Baca Juga:  Pakai Lendir Bekicot, Sakit Gigi Akibat Gigi Berlubang: Hilang!

Berbeda lagi dengan teman saya di Surabaya. Dia hanya tertawa karena langit di Surabaya baik sebelum dan selama pandemi sama saja. Tidak ada yang berubah.

Tentu saya masih melihat perubahan iklim dari sudut kota tempat tinggal saya saja. Kota saya menghentikan kegiatan industri sejak April 2020. Artinya banyak kegiatan industri tidak lagi menghasilkan gas emisi yang mengganggu lingkungan.

Perbedaan iklim di Surabaya maupun Jakarta dapat diketahui berasal dari aktivitas manusia dalam mengelola limbah. Sedangkan di Kabupaten Nganjuk profesi yang paling banyak adalah berdagang dan bercocok tanam, artinya tidak banyak pelepasan gas emisi yang dihasilkan dibandingkan di kota-kota industri seperti Jakarta dan Surabaya.

Momen Terbaik untuk Lebih Bijak Berenergi

Melalui laman nationalgeographic.id, saya menemukan konklusi menarik tentang perubahan iklim di tengah pandemi ini. Bahwa situasi yang terjadi saat ini bisa dijadikan pelajaran. Jika kita mampu menjaga bumi dan tidak serakah terhadap hasil bumi, alam pun akan memberikan hasil yang baik, seperti udara segar.

Kondisi bumi di tengah pandemi seakan sedang memulihkan dirinya sendiri akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh ketidaksiapan manusia dalam mengelola hasil alam dengan baik. Situasi ini bisa menjadi waktu yang tepat bagi kita untuk memperbaiki kondisi lingkungan di sekitar kita (restart button). Saat ini, kita bisa menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Seperti belajar memilah sampah, mengurangi penggunaan listrik di rumah, dan kegiatan lain yang bisa membantu bumi menjadi lebih terawat untuk jangka waktu yang lama.

Hal-Hal Sederhana Saya dalam Menghemat Energi

Saya pribadi sebenarnya sangat mendukung gerakan bijak berenergi. Beberapa perubahan telah saya lakukan sejak lama untuk dapat menghemat energi, antara lain.

  • Menggunakan atap fiberglass. Atap fiberglass di titik yang sulit ditembus sinar matahari akan membantu sudut tersebut lebih terang. Sangat cocok untuk yang tinggal di perumahan dengan rumah saling berdempet.
  • Minyak Jelantah untuk Biodiesel. Informasi ini baru saya ketahui pada 2019. Ada seseorang di grup facebook sedang mencari minyak jelantah untuk dijadikan biodiesel. Saya pun berpikir, kenapa tidak saya kumpulkan saja untuk saya berikan pada orang tersebut? Cara ini lebih baik daripada saya membuang minyak tersebut ke selokan dan mengotori air sungai.
  • Bermain Aktivitas dengan Anak. Untuk mengurangi penggunaan gadget, saya pun harus ikut berpartisipasi dalam setiap aktivitas anak agar mereka tidak jenuh dan menjadikan gadget sebagai pelarian. Lumayan kalau saya disuruh kejar-kejaran sama anak, bisa sekaligus olahraga.
  • Membawa Alat Makan Stainless Pribadi. Sebagai admin akun kuliner, saya sering diundang untuk mereview sejumlah makanan atau saya hunting mandiri untuk membuat postingan kuliner. Tak jarang saya selalu disuguhi sedotan plastik di gelas minuman. Daripada saya berpartisipasi dalam menimbun sampah plastik, saya memilih membawa alat makan stainless saya sendiri setiap makan di luar. Jadi, sangat ramah lingkungan.
Baca Juga:  Hati-Hati Konsumsi Teh Hijau untuk Diet, Kalau Kamu Punya ini

Beberapa kegiatan di atas adalah merupakan gaya hidup ramah lingkungan yang sudah saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Awalnya cukup sulit melakukan itu karena tidak banyak dukungan dari orang terdekat. Namun, lambat laun hal itu bisa menjadi kebiasan yang membantu kita lebih bijak berenergi.

Hemat energi. Sumber: coaction.id

Sumber:

https://kbr.id/NASIONAL/05-2020/hemat_listrik_di_masa_pandemi_covid_19/103155.html

https://energibangsa.id/ini-alasan-kenapa-kita-harus-menghemat-energi/

https://nationalgeographic.grid.id/read/132095952/kondisi-bumi-membaik-selama-pandemi-covid-19-bolehkah-kita-tenang

Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.